Penjelasan Ilmiah Isra’ Mi’raj Dan Alam Tiga Dimensi

gambar by satujam

Penjelasan Ilmiah Isra’ Mi’raj Dan Alam Tiga Dimensi

Seperti halnya perjalanan Isra’ Mi’raj, alam dibatasi dimensi ruang waktu, dan pengukuran umumnya adalah soal jarak dan waktu.
Sedangkan keluar dari dimensi ruang dan waktu, jika dianalogikan berarti pergi ke alam lain yang dimensinya lebih besar.
Dimensi yang lebih besar atau tinggi ini akan mengungguli dimensi yang lebih rendah. Keluar dari dimensi ruang waktu berarti melepaskan diri dari hukum ruang waktu.

Tiga Dimensi Alam

Thomas menjelaskan, bisa diilustrasikan, dimensi 1 merupakan garis, dimensi 2 adalah bidang dan dimensi 3 adalah ruang. Maka alam dua dimensi (bidang) dengan mudah menggambarkan alam satu dimensi (garis).
Pun begitu, alam tiga dimensi (ruang) juga dengan mudah menggambarkan alam dua dimensi (bidang).
“Tapi dimensi rendah tidak akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih tinggi,” jelas Thomas.
Sebagai contoh, Thomas menerangkan, bayangkan ada alam berdimensi dua (bidang) atau alam berbentuk U. Maka mahluk di alam ‘U’ bila akan berjalan dari ujung satu ke ujung lainnya, perlu menempuh jarak yang jauh.
Sedangkan entitas (wujud) yang berada di alam berdimensi lebih tinggi, dengan mudah memindahkan sang mahluk, dengan cara mengangkat, dari ujung satu ke ujung lainnya keluar dari dimensi bidang U. Jadi pemindahan mahluk itu tak perlu berkeliling menyusuri lengkungan U.
Thomas menuturkan, dengan memakai penjelasan tersebut, alam malaikat bisa jadi berdimensi lebih tinggi dari dimensi ruang waktu. Sehingga malaikat tak ada masalah dan kendala dengan jarak dan waktu. Malaikat bisa melihat manusia sementara manusia tidak bisa sebaliknya.
“Ibaratnya dimensi dua tidak dapat menggambarkan dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi tiga mudah saja menggambarkan dimensi dua,” jelasnya.
Dengan keluar dari dimensi ruang waktu, berarti perjalanan Rasulullah tersebut tanpa terikat jarak dan waktu. Rasulullah mudah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Tujuh Langit

Naiknya Rasulullah ke langit ketujuh dalam Isra Miraj, membuka pemahaman bahwa langit berlapis tujuh.
Langit berarti segala yang ada di atas kita. Dengan demikian, angkasa luar yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas bertebaran di atas kita merupakan langit.
Thomas yang merupakan anggota Tim Tafsir Kauni Kementerian Agama-LIPI, menjelaskan bilangan tujuh dalam beberapa hal di Alquran tidak selalu menyatakan hitungan eksak dalam sistem desimal, namun lebih mengacu pada jumlah yang tak terhitung.
Tujuh langit makanya, dalam konteks ini, lebih mengena bila dipahami sebagai tatanan benda langit yang tak terhitung jumlahnya. Bukan dimaknai sebagai lapisan langit.
“Pengertian langit dalam kisah Isra Miraj bukanlah pengertian langit secara fisik. Langit dan Sidratul Muntaha dalam kisah Isra Miraj adalah alam gaib yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan ilmu manusia. Itu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,” jelasnya. []
Sumber: Viva

Comments